Monday, September 5, 2011

PALUE, Identitas dan Budayanya

Palue adalah sebuah pulau kecil yang terletak sendirian ditengah laut Flores, bagian dari Kabupaten Sikka dan terletak ± 35 mil laut ke arah barat laut, mengalirkan cerita mengenai masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan kebudayaannya yang tetap dipertahankannya sampai saat ini. Orang Palue memang unik karena memiliki identitas yang sangat khas berupa Bahasa, Kebudayaan dan Keseniannya.
Untuk mengenal lebih dekat mengenai Palue, saya mengajak kita bersama berlayar menuju ke sana. Perjalanan ke Pulau Palue diawali dengan persiapan di pelabuhan laut L. Say Maumere, lama perjalanan diperkirakan 4 – 5 jam dengan menggunakan perahu motor tradisional milik orang Palue. Kita mesti berdesak-desakan dengan penumpang orang Palue yang akan kembali setelah berbelanja berbagai keperluan pokok di Kota Maumere karena tidak ada sarana transportasi khusus untuk pergi dan pulang ke/dari Palue. Perahu motor biasanya berangkat jam 9 atau 10 pagi, dengan berlayar menyusuri pantai utara Maumere menuju ke arah Barat, terus melaju menuju tanjung Watumanuk. Dari tanjung ini pulau Palue baru dapat terlihat sayup nun jauh ditengah lautan. Bagi orang Palue bila sudah berada disekitar tanjung Watumanuk merasa seperti sudah berada di Palue.
Perahu motor akan berlabuh di pelabuhan Kerica atau pelabuhan Hoa, tergantung keadaan laut pada saat itu karena berhubungan dengan gelombang laut. Kalau musim Angin Barat maka pasti berlabuh di pelabuhan Kerica desa Reruwaerere tapi kalau saat itu musim Angin Timur maka pelabuhan yang dituju adalah Hoa desa Maluriwu. Namanya pelabuhan tapi masih alamiah tanpa dermaga. Penumpang akan turun ke darat dengan menggunakan sampan kecil tak bercadik (Sophe) yang dikendalikan oleh anak buah perahu motor, jadi harus sangat berhati-hati bagi yang belum terbiasa menumpang sampan ini, kalau tidak terpaksa mandi laut atau anggap saja sebagai upacara Selamat datang.
Pemeritahan di Pulau Palue adalah sebuah Kecamatan yang terdiri dari 8 desa, ada 3 desa terletak di pinggir pantai Utara dan Timur sedangkan 5 desa berada di daerah gunung bagian tengah dan barat Pulau Palue. Uwa adalah ibukota Kecamatan Palue yang terletak di pantai utara, tepatnya berada di desa Maluriwu. Di “kota” ini terdiri dari 2 desa yaitu desa Maluriwu dan desa Reruwaerere yang sebelumnya hanya satu desa yaitu desa Maluriwu, kemudian dimekarkan. Desa ini terdiri dari beberapa kampung yang berdekatan, terletak diatas bebukitan dengan pemandangan langsung ke arah laut. Masyarakat di kecamatan ini cukup ramah dan hidup penuh keakraban. Di desa Reruwaerere kadang dilakukan acara ritual adat Thu TheĆ¼. Acara ritual adat ini adalah sebuah ritual yang khusus dilakukan untuk mengusir tikus dari wilayah tersebut karena tikus dianggap sebagai hama yang merugikan petani. Selain upacara adat tersebut masih terdapat upacara adat lainnya yang disesuaikan dengan siklus kehidupan manusia, misalnya ritual adat kehamilan, kelahiran anak dan kematian.
Untuk mencapai desa lainnya, kita dapat melakukan perjalanan dengan menggunakan ojek bagi desa yang sudah dihubungkan dengan jalan raya yang sudah diberi rabat beton sedangkan bagi desa yang belum dapat dihubungkan dengan jalan raya dapat menggunakan perahu motor yang diatar ke pelabuhan terdekat ke kampung tersebut atau berjalan kaki.
Ada 4 desa di wilayah gunung mempunyai tradisi potong kerbau (Pathi Kharaphau) yaitu desa Ladolaka, Tuanggeo, Rokirole (dusun Cawalo dan Koa) dan desa Nitung Lea (dusun Nitung dan Cua). Tradisi Pathi Kharaphau adalah sebuah upacara puncak perayaan Syukur yang dilaksanakan oleh masyarakat adat setempat secara periodik 5 tahunan. Acara ini dimulai dengan berbagai ritual adat yang lain sebelum upacara puncak Pathi Kharaphau. Waktu pelaksanaan Pathi Kharaphau berbeda antara satu desa dengan desa lainnya tergantung pada keputusan dari masing-masing Lakimosa adat berdasarkan pada petunjuk yang disampaikan oleh “orang pintar”. Selain itu ada ritual adat lainnya yang disebut dengan ”Mula Rate” (menanam/meletakan Batu Nisan). Mula Rate adalah upacara meletakan “batu nisan” bagi setiap orang Palue yang meninggal dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Untuk kampung/dusun dengan ritual adat Pathi Kharaphau, ritual Mula Rate biasanya dilaksanakan 1 tahun sebelum upacara Pathi Kharaphau. Masih banyak ritual adat lainnya yang mengikuti siklus kehidupan orang Palue, selain berbagai cerita Legenda dan Mitos.
Demikianlah sekelumit cerita awal tentang orang Palue mengenai Identitas dan Budayanya. Untuk mengenal lebih jauh tentang Palue dan Budayanya saya mengajak semua orang yang berminat untuk mendalami dan memperlajarinya untuk menuju kesana.


READ MORE - PALUE, Identitas dan Budayanya